Celana Kurung Sepertiga
Baju kurung mempunyai pasangan yang digunakan penari, yakni celana kurung yang panjangnya sepertiga kaki. Celana longgar dan panjangnya hanya di bawah lutut penari inilah yang dipakai. Celana juga tak punya motif dan warnanya mencolok, misalnya merah.
Hiasan bordiran dan benang keemasan dapat dilihat pada bagian ujung celana. Adapun, penggunaan celana longgar sepertiga ini punya tujuan untuk memudahkan gerakan penari.
Terdapat kain penutup dalam pakaian penari Topeng. Kain penutup ini dipakai dengan melilitkannya pada pinggang sampai atas paha penari. Umumnya, kain yang digunakan adalah batik berwarna senada dengan baju kurung. Fungsinya, yakni sebagai hiasan celana.
Aksesori yang dipakai penari di atas telinga mereka disebut sumping. Properti yang satu ini dipakai dengan diselipkan di telinga, baik kanan ataupun kiri. Fungsinya, ialah sebagai penambah ketegasan pada gerakan penari. Secara umum, sumping punya warna keemasan dan yang digunakan oleh penari ialah sumping yang sama dengan sumping pelakon wayang uwong.
Hiasan kepala yang dipakai oleh penari Topeng disebut sebagai mahkota. Adapun mahkota yang dipakai mesti sesuai dengan karakter yang diperankan penari. Biasanya, mahkota punya warna hitam dengan hiasan bordir keemasan.
Kupluk merupakan penutup kepala yang bahannya kain, dan sering dipakai untuk menutupi kepala. Selain dipakai secara umum, terdapat kupluk untuk penari Topeng juga, Grameds. Biasanya, kupluk yang digunakan berwarna hitam dengan beragam aksesori.
Di telinga, penari juga mengenakan anting selain sumping. Adapun anting ini dipakai di kedua telinga penari. Umumnya, anting yang digunakan diberikan bandul berwarna-warni. Terdapat anting panjang maupun pendek yang bisa digunakan penari. Adapun, warnanya dipilih berdasarkan warna mencolok, seperti kuning, hijau, dan merah. Tujuan dari pemilihan warna ini ialah supaya bisa melambangkan kegembiraan dan keceriaan.
Para penari menggunakan ikat pinggang berupa kain yang dilingkarkan. Tujuannya, yakni sebagai penahan pakaian yang digunakan. Tak hanya itu, ikat pinggang ini juga bisa menjadi penambah keindahan dari keseluruhan kostum yang dipakai penari.
Ikat pinggang dipilih berdasarkan warna yang cerah, seperti kuning, biru, atau hijau. Tak hanya itu, fungsi lain dari ikat pinggang ialah sebagai tempat menyelipkan keris yang dipakai penari.
Senjata khas yang dipakai oleh masyarakat Jawa disebut sebagai keris. Properti yang satu ini juga bisa digunakan sebagai aksesori para penari Topeng. Berbeda dengan fungsi keris asli, properti keris dalam tari Topeng berfungsi sebagai penghias kostum.
Keris yang digunakan menggambarkan status kewibawaan, ksatria, kebangsawanan, dan kekuatan. Secara khusus, tokoh bangsawan memang merupakan tokoh tari Topeng yang umum dimainkan. Jadi, keris akan sangat cocok sebagai penambah kesan.
Penari menggunakan gelang tangan yang terbuat dari kertas, logam, atau kain berwarna keemasan. Fungsi dari penggunaan gelang tangan ini ialah sebagai penambah keindahan dalam penampilan penari.
Tak hanya menggunakan gelang tangan, penari tari Topeng juga memakai gelang kaki yang memang punya kesan dan makna tersendiri. Adapun, gelang kaki ini terbuat dari kain maupun logam. Biasanya, gelang kaki berbahan kain dan diberi hiasan berbentuk bordiran benang yang berwarna keemasan.
Warna merah biasa dipilih untuk menjadi warna gelang kaki. Namun, sesuai variasi yang diinginkan, warna lain juga bisa dipakai.
Aksesori yang dipakaikan di mahkota penari Topeng disebut sebagai ronce bunga. Properti ini merupakan untaian bunga yang disusun, sehingga membentuk anting panjang. Bunga melati adalah bunga yang dipakai untuk properti ini, dan ronce bunga sendiri juga bisa dibuat dari bandul warna kuning atau merah.
Inilah alat musik yang digunakan untuk memainkan musik yang mengiringi tari Topeng, yakni: Saron satu pangkon.
Wisata Ziarah: 90 Destinasi Wisata Ziarah & Sejarah di Jogja, Solo, Magelang, Semarang, Cirebon
Tari Topeng Cirebon awalnya muncul pada abad ke-10 hingga ke-16 Masehi, yakni pada masa Kerajaan Jenggalan yang pemerintahannya dipimpin oleh Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa. Uniknya, tari yang satu ini masuk ke Cirebon melalui seniman jalanan.
Di sanalah, terbentuk perpaduan budaya sehingga pada akhirnya melahirkan Tari Topeng khas Cirebon. Seni tari ini juga turut terpengaruh atas masuknya agama Islam. Tepatnya pada tahun 1470, di masa Sunan Gunung Jati, Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam. Tari Topeng pun digunakan oleh Sunan Gunung Jati sebagai media untuk mengenalkan agama Islam.
Penggunaan tari Topeng ini dilakukan bersama seni lain seperti Gamelan Renteng, Wayang Kulit, Reog, Brai, Angklung, sampai Berokan.
Di masa kekuasaan Sunan Gunung Jati pada 1479, serangan dari Pangeran Welang dan Karawang yang sangat sakti datang. Bahkan, kesaktiannya membuat Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, serta Pangeran Cakrabuana tak sanggup melawannya. Demi mengakhiri pertikaian, muncullah diplomasi tentang kesenian.
Hasil diplomasi tersebutlah yang akhirnya menciptakan kelompok seni tari bersama Nyi Mas Gandasari sebagai penari kelompok tersebut.
Pangeran Welang kemudian jatuh cinta pada penari itu dan akhirnya menyerahkan pedang Curug Sewu, yang membuat kesaktiannya menghilang. Usai menyerah, Pangeran Welang menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati dan akhirnya berganti nama menjadi Pangeran Graksan.
Tari tradisional tersebut lalu banyak dikenal sebagai Tari Topeng Cirebon, yang merupakan tarian tradisional dan berkembang lagi menjadi lima jenis tari berbeda, yakni Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, serta Tari Topeng Panji.
Kelima jeni tari Topeng tersebut merupakan tarian yang berbeda, dikenal dengan nama Panca Wanda.
Para penari dalam tarian Topeng melakukan gerakan yang mengikuti jenis Topeng yang mereka gunakan. Gerakan berupa isyarat antara gerakan dan keheningan akan dilakukan bagi penari yang mengenakan Topeng Panji. Topeng ini berarti usia seseorang yang masih bayi atau baru saja lahir.
Sementara itu, penari akan menari sesuai karakter untuk orang yang bijaksana, jika ia menggunakan Topeng Tumenggung. Jia menggunakan Topeng Kelana, maka penari harus menggambarkan orang yang punya kualitas jahat.
Baju Kurung Lengan Pendek
Pakaian adat khas Melayu, seperti di Indonesia, Malaysia, sampai Brunei Darussalam termasuk baju kurung. Baju yang satu ini adalah baju khas, yang desainnya longgar pada lubang lengan, dada, dan perut.
Baju kurung menjadi tipe baju yang sejajar dengan pangkal paha atau lutut ketika digunakan. Baju adat yang satu ini juga punya ciri khas lain, yakni tidak mempunyai kancing dan tidak berkerah, tetapi setiap ujungnya diberi renda. Terdapat baju kurung yang bermotif maupun yang polos, dan umumnya mereka berlengan panjang.
Meski begitu, tari Topeng menggunakan baju kurung sebagai baju dalam, dan baju kurung yang dipilih adalah yang berlengan pendek. Hal ini bertujuan demi memperkuat dan mempertegas kesan gerakan dari tangan penari. Ada pula motif dan renda benang keemasan pada bagian lengan. Para penari umumnya menggunakan baju kurung berwarna merah, atau warna lain yang tak kalah mencoloknya.
Penutup dada atau mongkron merupakan kain yang dipakai para penari untuk menutup dada mereka. Properti ini bisa berupa kain dari baju kurung yang dibordir atau kain batik. Biasanya, mongkron punya warna keemasan atau merah, dan hiasannya berupa bordiran benang warna emas atau perak.
Hiasan mongkron punya bordiran yang tergantung pada budaya lokal masyarakat yang menarikan tarian yang satu ini. Tak heran, jika setiap daerah punya bentuk mongkron-nya masing-masing. Ada yang berbentuk kotak, ada pula yang segitiga atau bulat.
Sampur merupakan salah satu properti tari Topeng. Ia berupa selembar kain panjang yang dilingkarkan pada leher penari. Biasanya, sampur yang dipakai berwarna cerah, seperti merah, hijau, atau kuning. Properti ini dipakai sebagai salah satu bagian dari gerakan tari.
Penggunaan sampur di leher, yakni dengan ujungnya yang diselipkan pada jari tengah penari. Jadi, sampur akan turut bergerak ketika tangan penari bergerak sesuai irama. Penggunaan properti sampur sendiri bertujuan untuk menciptakan kesan tegas sekaligus gemulai pada gerakan.
Grameds, ada pula sampur yang diikatkan di pinggang penari.
Makna Tari Topeng Menurut Daerahnya
Grameds, mari simak penjelasan terkait makna tari Topeng menurut daerahnya di bawah ini!
Suku Dayak di daerah Pulau Borneo, menggunakan topeng dalam tarian Hudoq yang seringnya dimainkan pada upacara keagamaan kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Maksud dari tarian ini ialah mendapatkan kekuatan dalam mengatasi gangguan hama, serta berharap diberikan kesuburan untuk banyak tanaman.
Topeng hitam, putih, dan merah akan menjadi topeng yang digunakan. Mereka melambangkan kekuatan alam, yang akan membawa air dan melindungi tanaman untuk tumbuh di musim tertentu.
Masyarakat Bali dan keberadaan topeng sangat erat kaitannya dengan upacara keagamaan Hindu. Sebab, ini merupakan seni hasil dalam masyarakat dan agama. Tari Topeng Bali sendiri merupakan tradisi yang kental akan ritual magis dan umumnya ditampilkan di tengah masyarakat.
Grameds, Tari Topeng Cirebon-lah yang tengah kita bahas dalam artikel ini. Tari Topeng Cirebon ialah seni tari Topeng yang berkembang di Cirebon.
Seni tari Topeng dari daerah Malang, Jawa Timur, ialah Topeng Malang. Biasanya, cerita ini berasal dari cerita panji yang menceritakan kisah romantis Raden Panji Asmoro Banung dan Putri Sekartaji.
Tahukah kamu bahwa Reog Ponorogo juga termasuk tari Topeng? Tarian Reog Ponorogo ini tentunya berasal dari Ponorogo.
Bentuk tradisi seni yang sudah berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah adalah Topeng Ireng. Ini juga dikenal sebagai seni berdaya, bentuk tarian rakyat kreasi baru yang berupa hasil dari metamorfosis seni Kubro Siswo.
Tari Topeng umumnya punya lima peran yang dilakukan oleh Topeng-Topeng berbeda. Tiap Topengnya akan punya gambaran dan karakter tersendiri dari segi warna dan bentuknya. Inilah penjelasan lima jenis Topeng dalam tari Topeng:
Penggambaran seseorang yang berada dalam kondisi suci dan baru saja terlahir ke dunia ini, tampak pada Tari Topeng Panji. Gerakan dari tarian ini sangat lembut dan juga halus. Penggunaan Topengnya juga punya arti gabungan dari hakiki gerak dan hakiki diam.
Orang yang tengah memasuki fase kanak-kanak digambarkan melalui Topeng Samba. Gerakan dari tarian yang satu ini begitu lucu dan indah, sesuai dengan fungsinya yang memerankan dan mewakili anak-anak. Tari Topeng Samba punya kelakukan menggemaskan seperti anak-anak!
Topeng Rumyang juga memiliki maknanya sendiri, sama seperti tari Topeng lainnya di atas. Gambaran terkait seseorang yang telah memasuki dunia remaja hadir dari tarian Topeng Rumyang. Penari dari Tari Topeng Rumyang akan membawakan suatu gerakan yang mengandung pesan bahwa manusia secara keseluruhan harusnya melakukan kebaikan.
Gambaran tentang orang yang berbudi luhur dan bersifat tegas terpancar dari tarian Topeng Tumenggung. Topeng ini membawakan karakter yang memberi pesan tentang kepribadian dan kepribadian dengan kesetiaan yang tinggi kepada semua orang.
Topeng Kelana memiliki makna yang berbeda dari Topeng-Topeng lainnya. Justru, jenis Topeng ini akan menggambarkan seseorang dengan sifat angkara murka dan pemarah. Peran yang dilakonkan oleh penari Topeng Kelana adalah tokoh yang antagonis atau jahat. Meski memerankan tokoh yang jahat, Topeng ini juga memberikan pelajaran bahwa manusia mestinya berusaha mendapatkan kebahagiaan dan kehidupan dengan jalan yang baik.
Seri Aku Cinta Indonesia : Pentas Tari Topeng
Dengan mempelajari tarian Topeng dan melestarikan budaya bangsa, maka seni tari Topeng ini bisa terus ada dan bisa mengikuti perkembangan zaman. Hari ini, semuanya memang modern, tapi itu tidak berarti bahwa budaya tradisional harus ditinggalkan. Terlebih lagi, bagi para generasi muda yang penuh semangat, sebaiknya tetap terus lestarikan budaya Indonesia agar tidak memudar dan tidak hilang.
Grameds, kamu bisa menemukan berbagai koleksi buku terkait pengetahuan seni, termasuk seni tari dan seni lainnya dengan mengunjungi situs Gramedia.com, yakni situs toko buku online terbesar di Indonesia. Kamu juga bakal menemukan promo dan penawaran terbaik yang sayang untuk dilewatkan!
Yuk, baca lebih banyak buku dan jadi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Sevilla Nouval Evanda
Muksin, Muksin (2021) TOPENG BARONGAN BLORA: Konsep Pengembangan Bentuk. S3 thesis, ISI Surakarta.
Topeng Barongan Blora merupakan salah satu kesenian tradisional yang berkembang hampir di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Blora. Setiap kecamatan memiliki varian bentuk topeng Barongan yang mengalami perkembangan signifikan. Ada dua kategori topeng Barongan, yaitu topeng kawak untuk fungsi ritual dan topeng kreasi baru (pakem dan kreasi) untuk fungsi pertunjukan dan mainan anak/suvenir. Sampai saat ini belum ada yang membahas mengenai perkembangan bentuk, ciri khas, dan nilai estetik topeng Barongan secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perkembangan bentuk serta merumuskan konsep pengembangan topeng Barongan Blora. Konsep pengembangan ini merupakan factor yang sangat penting dalam menjadikan topeng Barongan sebagai komoditas. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan cara atau model riset grounded. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, telaah dokumen, dan studi pustaka. Data yang terkumpul dianalisis secara interaktif melalui reduksi data, penyajian data, dan pembahasan, serta menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian meliputi: 1) Peta budaya mengenai keberadaan topeng Barongan Blora berdasarkan latar belakang mitos, sejarah, fungsi, bentuk dan mediumnya, serta aktivitas dan cara pandang masyarakat Blora, 2) Karakteristik topeng Barongan Blora yang mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang cukup signifikan, dimulai dari ide dasar dan berbagai bentuk topeng Barongan lama (kawak) hingga topeng Barongan baru (kreasi baru) termasuk untuk suvenir, terkait dengan ciri khasnya. 3) Data perkembangan topeng Barongan Blora berdasarkan fungsi, medium (bahan), serta jenis dan bentuknya sebagai kreasi artistik. 4) Temuan konsep pengembangan topeng Barongan Blora adalah: fungsi sebagai pemicu komoditas dengan tidak meninggalkan ciri khasnya. Hasil penelitian berupa konsep pengembangan topeng Barongan Blora sebagai komoditas dalam komoditisasi inovasi produk alternatif, melalui: 1) aplikasi perwujudan kepala, gigi taring, gusi, hidung, mata, dan rambut, merupakan ciri khas inovasi pengembangan; 2) aplikasi perwujudan terpengaruh oleh fungsi arak-arakan dan pertunjukan, topeng berkembang dan menjadi komoditas; 3) aplikasi perwujudan terpengaruh kenyamanan pakai untuk arak-arakan maupun untuk pertunjukan sebagai komoditas. Penelitian ini memiliki kontribusi dalam peningkatan apresiasi kesenian tradisional yang sejenis, serta dapat menjadi acuan dalam pengembangan bentuk topeng Barongan Blora ke depan.
Actions (login required)
Alfian, T. Ibrahim “Tentang Metode Sejarahâ€, dalam T. Ibrahim Alfian ed. 1992. Dari Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Barthes, Roland. 1983. Mythology. London: Granada.
Barthes, Roland. 1972. Mithologies dan The Eiffel Tower and Other Mythologies. (Terj. Mahyuddin, Ikramullah. 2010. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa: Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi). Yogyakarta: Jalasutra.
Djelantik A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta : MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).
Hoed. Benny H. 2011. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.
Iswidayati, Sri. 2006. Pendekatan Semiotik Seni Lukis Jepang Periode 80-90an Kajian estetika tradisional Jepang wabi sabi. Semarang: UNNES Press.
Peirce, Charles S. 1986. Logic as Semiotics: The Theory of Sign, dalam Robert E. Innis (ed) Semiotic: An Introductory Reader. London: Hutchinson.
Redfield, Robert. 1969. The Little Community Pleasant Society and Culture. The university of Chicago Press, London, Chicago.
Sahman. Humar. 1993. Estetika Telaah Sistemik dan Historik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Slamet, MD. 2009. Barongan Blora Menari di atas Politik dan Terpaan Zaman. Surakarta: Citra Sains.
Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Wolf, Janet. 1981. The Social Production of Art. New York: St, Martin Press, Inc.
Beberapa nama yang pernah menuliskan tentang Sejarah Desa Barongan adalah : Retsa Insantia , Supani , beberapa nama anonim yang menuliskan di media sosial serta di tambah oleh tutur tinular beberapa tokoh tokoh masyarakat dari berbagai versi maka seperti inilah beberapa gambaran sejarah berdirinya Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
Versi pertama menyebutkan seorang wali Allah bernama Abdurahman ( wallahu a’lam ) yang berasal dari Ngerum ( sebuah daerah di Timur Tengah ). Beliau masuk ke Indonesia pada abad 11. Beliau juga diangkat sebagai penasehat para wali. Beliau masuk ke Indonesia dengan tujuan awal menuju Majapahit yang pada masa itu merupakan pusat pemerintahan serta kebudayan yang maju di jamannya . Awal tujuan terlebih dahulu adalah belajar bahasa. Setelah selesai belajar bahasa, kemudian beliau masuk ke Jepara yang juga sebuah negeri maritim yang maju dan elanjutnya Beliau melanjutkan perjalanan ke Kudus.
Setelah sampai di Kudus, beliau mulai mensyiarkan agama islam. Sampai akhirnya, beliau berada di sebuah desa yang sekarang bernama desa Barongan. Setelah lama mensyiarkan Islam, beliau diketahui meninggal di bawah hutan pring( bambu )besar yang pada jaman dahulu pohon ini dinamakan “Barong”. Dari situlah nama desa Barongan diambil dan sang wali terkenal dengan nama Mbah Kyai Barong .
Versi kedua mengatakan bahwa mbah Barong berasal dari kerajaan Majapahit yang kemudian mulai mensyiarkan agama Islam sambil berdagang.
Mbah Kyai Barong dikenal sebagai guru besar sunan Kudus dan sunan Muria. Saat beliau mensyiarkan agama di daerah tersebut, banyak orang yang tertarik terhadap ajaran-ajarannya. Ketertarikan itulah, mengakibatkan banyak orang yang mengikuti dan menjadi murid Mbah Kyai Barong untuk memperdalam agama Islam. Murid-murid beliau ini berasal dari beberapa daerah di kota Kudus. Saat belajar mereka sangat tertarik dengan salah satu agama yang disyiarkan beliau. Beliau wafat tidak diketahui secara pasti. Namun, letak makamnya itu di bawah pohon “Pring” (bambu) yang besar. Pohon pring yang besar itu namanya “Barong”. Sehingga beliau dikenal dengan nama “Mbah Kyai Barong”. Letaknya di bawah pohon pring karena dulunya daerah mulai dari Nitisemito sampai Kaligelis terdapat banyak pohon pring yang sangat lebat. Kemudian sebelum wafat, beliau berpesan kepada muridnya untuk menamakan tempat tersebut dengan sebutan desa “Barongan”. Jadi, dinamakan desa Barongan itu bukan karena terdapat banyak barongan (kesenian) di daerah tersebut, melainkan karena letak makam wali tersebut di bawah pohon pring yang besar yaitu “Barong”.
Burhan Nurgiyantoro (dalam Makaryk, 1995: 596) mengemukakan bahwa mitos merupakan cerita masa lampau yang dimilki oleh bangsa bangsa di dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supernatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa.
Beberapa mitos yang menyevar di Desa Barongan :
Larangan mengambil benda-benda di makam.
Setiap desa biasanya memiliki mitos tersendiri. Begitu pula dengan desa Barongan. Di desa barongan terdapat beberapa mitos:
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, ada 65% warga yang mengatakan biasa saja mengenai mitos tersebut. Maksudnya, dari ketiga mitos tersebut tergantung sugesti yang diyakini seseorang. Untuk larangan menyembelih ayam putih mulus bagi warga yang sudah mengetahui biasanya dilaksanakan karena memang sudah terbukti jika ayam tersebut disembelih dan di masak maka ayamnya tidak akan matang. Namun hal tersebut tidak membuat warga meyakini semuanya, karena hal tersebut bersifat sugesti. Sedangkan perintah berziarah ke makam Mbah Kyai Barong sebelum menetap tinggal di desa tersebut, tidak dijadikan sebagai keyakinan bahwa hal tersebut harus dilaksanakan. Perlu diketahui, di desa Barongan ada yang beragama non muslim juga, sehingga mereka juga tidak meyakini untuk berziarah karena tidak ada perintah dalam agamanya. Bagi orang muslim perintah berziarah merupakan hal yang biasa saja karena hal tersebut memang diperintahkan dalam agamanya dan sebagai bentuk penghormatan pada orang yang sudah meninggal. Serta untuk mitos yang ketiga tentang larangan mengambil benda-benda yang ada di makam Mbah Kyai Barong memang benar, karena mengambil barang yang bukan milik sendiri memang tidak boleh.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa desa Barongan memiliki tiga mitos, yaitu larangan menyembelih ayam putih mulus, perintah berziarah di makam Mbah Kyai Barong, dan larangan mengambil benda apapun yang ada di makam Mbah Kyai barong. Dari ketiga mitos tersebut, masyarakat ada yang percaya ada juga yang tidak. Karena perlu diketahui bahwa mitos itu sifatnya sugesti (tergantung kepercayaan orang itu sendiri). Sehingga hukuman jika melanggar mitos tersebut bisa dirasakan bagi yang memang percaya akan mitos tersebut.
Berdasarkan teori, bahwa dongeng rakyat merupakan cerita masa lampau yang diceritakan oleh orangtua kepada anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).
Di desa Barongan mempunyai dongeng rakyat yang diceritakan secara turun-temurun. Dongeng yang ada di desa Barongan yaitu:
Pada zaman dahulu, di desa Barongan ada sosok seorang ulama yang bernama Mbah Kyai barong. Beliau itu orangnya baik, hidupnya sederhana, tidak membedakan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Beliau di desa Barongan itu mengajarkan agama islam. Beliau juga memiliki seekor harimau yang sampai sekarang diwujudkan dalam bentuk kesenian Barongan. Sekarang Mbah Kyai Barong sudah meninggal dan dimakamkan di desa Barongan. Kesederhanaan Mbah Kyai Barong terbukti dari makam beliau yang hanya beralaskan semen dan tidak adanya penutup.
Di desa Barongan ada yang namanya kesenian barongan karena dahulu itu ada sebuah cerita. Pada zaman dahulu Mbah Barong mempunyai seekor harimau. Dari hal tersebut, murid-muridnya tertarik untuk membuat topeng yang berwajah harimau (macan). Topeng tersebut dimainkan oleh murid-murid Mbah Kyai Barong dengan diiringi musik gamelan. Sampai sekarang permainan tersebut dikembangkan oleh penduduk desa Barongan yang dikenal dengan kesenian barongan. Warga desa Barongan ketika mempunyai acara, ada yang menyewa kesenian barongan untuk dimainkan sebagai bentuk hiburan. Namun, perlu diketahui bahwa kesenian barongan tidak hanya ada di desa Barongan. Di beberapa desa yang ada di Kudus juga mempunyai kesenian barongan yaitu desa Undaan, Ngloram, Nganguk, dan desa Kaliputu. Itulah cerita tentang kesenian barongan di desa Barongan.
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, ada 70% warga mengatakan setuju bahwa kedua cerita tersebut dijadikan sebagai dongeng yang ada di desa Barongan. Selama ini warga desa Barongan hanya percaya bahwa Mbah Kyai Barong adalah seorang Kyai yang baik, mengajarkan agama islam, hidupnya yang sederhana, dan tidak membedakan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Cerita tentang Mbah Kyai Barong tersebut adalah cerita yang diceritakan oleh warga desa Barongan kepada anak-anaknya secara turun temurun. Mitos yang berkaitan dengan beliau, warga tidak ingin Mbah Kyai Barong dikaitkan dengan seseorang yang menakutkan bagi warga desa Barongan karena Mbah Kyai Barong adalah orang yang baik. Dongeng rakyat kedua yang ada di desa Barongan yaitu kesenian barongan. Kesenian barongan tidak hanya ada di desa Barongan, tetapi di beberapa tempat lainnya juga dapat dijumpai tentang kesenian barongan. Kesenian barongan dijadikan sebagai dongeng karena mengandung nilai hiburan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk sementara ini dongeng yang terdapat di desa Barongan ada dua yaitu mengenai Mbah Kyai Barong dan kesenian barongan. Mbah Kyai Barong dikenal sebagai orang yang baik, tidak dikaitkan dengan adanya mitos yang berkembang di masyarakat desa Barongan. Karena mitos itu sifatnya menakutkan dan tergantung sugesti seseorang. Sedangkan kesenian barongan menjadi dongeng rakyat juga yang ada di desa Barongan sebagai bentuk cerita hiburan dari orangtua kepada anaknya. Kesenian barongan pun tidak hanya ada di desa Barongan tetapi konon katanya berasal dari desa Sukolilo, Pati yang kemudian masuk ke kota Kudus melewati desa Wonosoco, Undaan menuju desa Ngloram, Wergu, Nganguk, Barongan, dan Kaliputu.
Untuk nilai-nilai yang dapat diambil dari kedua dongeng tersebut yaitu dapat menerapkan karakter dan perbuatan dari sosok Mbah Kyai Barong yang baik, hidup sederhana, tidak membedakan antara yang kaya dengan yang miskin, ajaran islam yang disebarkan bagi yang meyakininya pada diri masing-masing. Untuk dongeng yang kedua dapat diambil nilai hiburan yang tergambar dari kesenian barongan tersebut dan mengenai topeng yang berwajah harimau tersebut dapat diartikan sebagai karakter yang gagah dan bijaksana.
Dalam sebuah teori, epos adalah sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui, anonim. Epos berisi cerita kepahlawan seorang tokoh hero yang luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun kisah petualangan (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).
Mengenai epos yang berkaitan dengan desa Barongan ada dua yaitu musik barongan dan acara buka luwur.
Bardasarkan hasil angket yang telah disebar, bahwa ada 75% warga mengatakan setuju tentang kedua epos tersebut. Musik barongan berkaitan dengan kesenian barongan yang digunakan untuk mengiringi pementasan barongan. Musik tersebut sebagai salah satu bentuk musik gamelan (Musik barongan terlampirkan dalam bentuk vidio). Sedangkan epos yang kedua tentang buka luwur selalu ada pelaksanaannya setiap tanggal 15 Muharrom. Masyarakat desa Barongan ada yang non muslim, sehingga acara pelaksanaan tersebut hanya diikuti bagi yang memiliki keyakinan terhadap agama islam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa epos yang terdapat di desa Barongan yaitu ada musik barongan dan tradisi buka luwur. Memang mengenai epos yang ada di desa Barongan tidak ada secara khusus yang membedakan antara desa Barongan dengan desa yang lainnya.
Untuk nilai-nilai dalam epos desa Barongan yaitu tentang musik barongan yang berarti memiliki nilai budaya dan keindahan. Selain itu mengenai tradisi buka luwur berarti memiliki nilai keagamaan, tradisi, dan kebersamaan dalam pelaksanaan acara buka luwur tersebut.
Barongan merupakan suatu desa yang berada di kecamatan kota kabupaten Kudus. Desa Barongan terbagi menjadi lima dukuh yaitu Barongan Utara, Kramat Kecil, Karang Nongko, Kerjanan, dan Dalangan.
Desa Barongan mempunyai legenda, mitos, epos, dan dongeng rakyat. Legenda di desa Barongan yaitu berawal dari kedatangan Mbah Kyai Barong yang berasal dari Ngerum (Makkah). Sebelum masuk ke Kudus, beliau belajar bahasa ke Majahapit. Dan akhirnya beliau meninggal dibawah pohon pring yang besar (Barong), sehingga tempat itu dinamakan desa “Barongan”.
Di desa Barongan terdapat tiga mitos yaitu larangan menyembelih ayam putih mulus sebagai bentuk penghargaan untuk mbah kyai Barong, perintah untuk berziarah ke makam mbah kyai Barong terlebih dahulu ketika ingin tinggal menetap di Barongan, dan larangan mengambil benda yang ada di makam mbah kyai Barong.
Selain itu desa Barongan mempunyai dongeng yaitu asal mula kesenian Barongan dan cerita tentang Mbah Kyai Barong. Dan cerita tradisonal yang terakhir berkaitan dengan desa Barongan yaitu epos, bahwa di desa Barongan ada dua epos yaitu tradisi kesenian barongan dan tradisi buka luwur.
Sebagai pendukung data yang telah kami dapatkan ketika wawancara dengan beberapa tokoh desa tersebut, kami melakukan penyebaran isian angket . Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak warga desa justru tidak mengetahui tentang legenda, mitos, epos, dan dongeng rakyat desa Barongan, karena mereka bukan penduduk asli desa tersebut apalagi warga yang tinggal di dukuh yang jauh dari makam mbah Kyai Barong. Meskipun ada beberapa hasil angket yang kurang sesuai dengan informasi yang kami dapatkan, namun kami mencoba mengambil jalan tengah dalam menyimpulkan data.
%PDF-1.5
%âãÏÓ
526 0 obj
<>
endobj
560 0 obj
<>/Filter/FlateDecode/ID[]/Index[526 62]/Info 525 0 R/Length 147/Prev 703297/Root 527 0 R/Size 588/Type/XRef/W[1 3 1]>>stream
hŞbbd```b``�"§�H¦ ’ƒ
Ì.“òH¤&Xå
ɶD²&ƒHf°ˆ ˜½,.&·€Im°.eÉ"ãƒH5 ÉhVbÇp€H½Y ’Á¬> Ì‘|“À"Z RÆÌ»SüÈ>? ù�a
#Ó\°.ÆAGşg`�}` D®
endstream
endobj
startxref
0
%%EOF
587 0 obj
<>stream
hŞb```¢#¬‚üB ÄÀÂÀÄ\–0,`èËu¸Ò ŞğY~�àêmÒlM@ÊnŞ>“±
¡K Yà‹ §�“@À1[–à@UGÃ[– P'6 Ã7À©ÁÊàùÄ¢pÌVd*‹Â‘°.C~W—É@c:::8::˜TAL& t'ˆd‘, !�A‰�®[®ªb ÄŠ`S~æ0y!¹¶¶;[»¸bø-Ô¸?˜İ(¨šá�ˆwí.ùîëªìHFi+Óö•DSWºóœıÂğæY;®j9pÊxi®éé@š˜iğ qeàÚ±H3#@€ i]T•
endstream
endobj
527 0 obj
<>/Metadata 67 0 R/Outlines 75 0 R/PageLayout/OneColumn/Pages 524 0 R/StructTreeRoot 224 0 R/Type/Catalog>>
endobj
528 0 obj
<>/ExtGState<>/Font<>/XObject<>>>/Rotate 0/StructParents 0/Type/Page>>
endobj
529 0 obj
<>stream
hŞÔYmoÛ6ş+üØ ÈÄwR@ÀqšÔ]�dµ›òA�ÕĘc¶‚5ÿ~w'Q–dËvà Д�Çã‘|î9J6V0ÎŒ•LÄP)¦Ñ òÅK
úÉòoP�¦Ñğu�Ffƒ,ÉÒè!¡~³yŞïäì_-Féb<}|×¥Ólœ½E_ÓÇñ2[¼¾ëŒfßÓ£hğ2ŸOÒghfœút–øàã8êöÎi“óQ7™JÇ�OsFGgi®x,…ˆÎ'Éã’éè|6ÍNOg?ï8É™P&FS÷Ôr�<�'¯ïnÁ£”åQ.ORØPCKL’Ëä9�.®zÿ.Ş—ÊÇàùË$Y�Æ [¤ÙÃSX3İæ®iΣ^–LÆ�éã$e
Wayang Topeng Malangan merupakan tradisi budaya dan religiusitas masyarakat Jawa semenjak Kerajaan Kanjuruhan yang dipimpin oleh Raja Gajayana semasa abad ke 8 M. Ini bisa penulis tafsirkan tentang fungsi Candi Badut (arti badut = tontonan) ini menunjukan bahwa saat itu candi berfungsi untuk tontonan “pendidikan yang disampaikan oleh Petinggi / Raja”. Sedangkan Raja Gajayana ini juga mahir menarikan tarian Topeng. Coba anda cermati dari bentuk bangunan candi.
Di Buku Henri Supriyanto, dituliskan Wayang Topeng Malangan mengikuti pola berfikir India, karena sastra yang dominan adalah sastra India. Jadi cerita Dewata, cerita pertapaan, kesaktian, kahyangan, lalu kematian itu menjadi muksa. Sehingga sebutan-sebutannya menjadi Bhatara Agung. Jadi itu peninggalan leluhur kita, sewaktu leluhur kita masih menganut agama Hindu Jawa, yang orientasinya masih India murni. Termasuk wayang topeng juga mengambil cerita cerita dari India, seperti kisah kisah Mahabarata dan Ramayana
Dari keterangan diatas bisa diperkuat oleh Almarhum Karimun Bahwa “Kesenian Topeng tidak diperuntukkan acara acara kesenian seperti sekarang ini. Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara persembahyangan. Barulah pada masa Raja Erlangga, topeng dikontruksi menjadi kesenian tari. Topeng digunakan menari waktu itu untuk mendukung fleksibilitas si penari. Sebab waktu itu sulit untuk mendapatkan riasan (make up), untuk mempermudah riasan, maka para penari tinggal mengenakan topeng di mukanya”
Saat kekuasaan Kertanegara di Singasari, wayang topeng ceritanya digantikan dengan cerita cerita Panji. Hal ini dapat dipahami ketika Kertanagera waktu itu menginginkan Singasari menjadi kekuasaan yang sangat besar ditanah Jawa. Panji yang didalamnya mengisahkan kepahlawanan dan kebesaran kesatria kesatria Jawa, terutama masa Jenggala dan Kediri.
Cerita Panji dimunculkan sebagai identitas kebesaran raja raja yang pernah berkuasa ditanah Jawa. Cerita cerita Panji yang direkonstruksi oleh Singasari adalah suatu kebutuhan untuk membangun legitimasi kekuasaan Singasari yang mulai berkembang.
Wayang Topeng ini dipakai media komunikasi antara kawulo dan gusti, antara raja dan rakyatnya. Kemampuan untuk menyerap segala sesuatunya dan membumikan dalam nilai kejawaan juga banyak terjadi tatkala Islam dan Jawa mulai bergumul dalam konteks wayang topeng.
Pada saat agama Islam masuk Jawa untuk merebut hati orang Jawa. Proses Islamisasi wayang topeng oleh para wali dengan menampilkan kisah marmoyo sunat adalah sederet cerita bagaimana Islam memproduksi nilai didalamnya. Cerita menak adalah sebagai tanda masuknya Islam ditanah Jawa. Oleh karena itu cerita menakjinggo yang selama ini dominan berkembang adalah cerita menak yang dikonstruk oleh keraton Mataram yang notabene Islam.
Topeng Malang Selatan Sulitnya keraton keraton Islam menaklukkan brang wetan yang didalamnya termasuk bekas keraton Singosari, mengakibatkan wayang topeng cerita menak kurang mendapatkan respon diwilayah ini. Hal lain yang mendorong wayang topeng cerita panji benar benar mendarah daging diwilayah brang wetan dikarenakan kebijakan mengembangkan wayang topeng yang ditanam kuat oleh Raden Wijaya, Raja Majapahit pertama. Topeng oleh Raden Wijaya dipergunakan sebagai media rekonsiliasi antara Kediri, Singosari dan Majapahit, Dalam merebut kuasa digunakan sebagai pengaruh dominan untuk tegaknya identitas politik.
Pada masa kolonial, daerah daerah perkebunan oleh mandor mandor belanda didirikan kembali kelompok kelompok topeng. Kenapa? Sebab daerah perkebunan adalah daerah daerah yang tingkat ekonominya sangat rendah dan kurang hiburan dan mudah dipengaruhi.
Perkembangan Topeng Malangan hanya menampilkan cerita cerita Panji sebagai relasi historis dengan sejarah Malang sendiri yang panjang, dan puncak perkembangan topeng mulai berkembang lagi saat pelarian pasukan Mataram Diponegoro, yang banyak bersembunyi di Malang Selatan yaitu daerah Panjen (Kepanjen) dan sekitarnya.
Para pelarian diponegoro menggunakan tari topeng digunakan sebagai kedok untuk menyembunyikan jati dirinya salam mendidik rakyat kecil dengan tujuan membangkitkan jiwa kemerdekaan dari ketidak adilan penguasa.
Dari cerita diatas bisa kita lihat secara jelas adanya pengrajin-pengrajin yang masih meproduksi, berada didaerah, misalnya :
Demikian sedikit data yang kebenarannya masih perlu di pertajam lagi, agar kejelasan identitas yang dari : Tari Topeng, Kerajinan Topeng Malang Selatan bisa semakin Hidup.
Diulas oleh : Agung Cahyo Wibowo
Sumber :http://agungkepanjen.blogspot.com/2011/04/topeng-malangan-dan-panji.html
Properti tari Topeng – Tari Topeng merupakan tarian tradisional asal Jawa Barat, tepatnya Cirebon. Tarian yang satu ini disebut penari sebagai tarian yang menggunakan Topeng. Uniknya, setiap Topeng yang dipakai penari punya karakter yang berbeda. Menarik, bukan? Lantas, properti macam apa yang mesti ada dalam pementasan tari ini? Mari kita pelajari lebih lanjut tentang properti tari Topeng!
Berikut ialah 15 properti tari Topeng dan penjelasannya. Simak dengan saksama, ya!
Sesuai dengan namanya, yakni tari Topeng, jelas bahwa tarian ini tentunya akan berkaitan atau menggunakan Topeng. Topeng sendiri merupakan benda yang digunakan di wajah dan berfungsi menutup wajah asli si pengguna Topeng. Tentunya, properti yang satu ini tak boleh ketinggalan dan harus ada di setiap penampilan tari Topeng.
Topeng yang digunakan sendiri terbuat dari bahan plastik atau kayu. Meski begitu, Topeng yang sering kita lihat ialah yang terbuat dari kayu terukir. Terdapat berbagai macam Topeng yang digunakan, seperti Topeng berkarakter wajah manusia, atau Topeng wajah tokoh terkenal.
Cara penggunaan Topeng ini ada beberapa cara, salah satunya, dengan memakai tali yang diikat pada kepala bagian belakang. Adapun, cara lainnya ialah dengan menggigit karet atau bantalan khusus yang ada di balik Topeng. Topeng berwarna merah adalah yang paling sering digunakan dalam tarian Topeng.